Jumat, 24 April 2015

Riwayat Pekerjaan



Pertama kali saya bekerja saat masih duduk di bangku MAN kelas X. Saya mengajar pelajaran Bahasa Arab, Ilmu Shorof, Nahwu dan Fiqih di sebuah yayasan. Tapi itu hanya berjalan selama dua bulan. Alasannya hanya satu, para siswanya kabur entah ke mana.

Bermodalkan laptop dan printer, saya pun membuka jasa pengetikan dan printing. Target pasar saya hanyalah para siswa dan guru di MAN 1 Mojokerto. Semakin banyak pesanan, semakin banyak uang yang didapat, semakin sedikit pula waktu bagi saya untuk belajar dan istirahat. Naik kelas XI, jasa ini sukses saya tutup.

Awal tahun ajaran baru 2011-2012, saya magang di sebuah toko sembako milik teman bapak saya. Tapi itu hanya dua hari. Hari ketiga, saya absen dan memilih untuk mengikuti seminar bisnis di Sidoarjo. Dari seminar itu, saya mendaftarkan diri dan mengikuti pelatihan bisnis bernama YEC (Youth Entrepreneur Coach) Sidoarjo.

Bermodal ilmu bisnis yang didapat dari pelatihan itu plus modal materi dari orang tua, saya pun menyewa sebuah ruko dan membuka distro muslim di Mojokerto. Sayangnya sedikit sekali peminat kaos muslim di Mojokerto. Setelah berjalan selama enam bulan, distro muslim ini pun sukses saya tutup. Meskipun ruko sudah saya tutup, tapi toko online saya tetap berjalan meski belum cukup signifikan.

Selain membuka toko online untuk produk distro muslim, saya juga membuka toko online untuk produk meja lipat dan jasa desain. Namun tak banyak mendapatkan pesanan.

Pada bulan Juli dan Desember 2012, bersama komunitas ICU (Islamic Clothing United), saya membuka lapak distro muslim di event JakCloth (Jakarta Clothing) di parkiran timur Istora Senayan. Bermodal omset yang didapat dari penjualan produk pada event terakhir, saya pun membuka usaha camilan grosir. Ibu saya menjadi juru masak, bapak saya di bagian packing, saya di bagian pemasaran online, dan seorang mitra di bagian pemasaran offline. Berkat puluhan reseller, dalam empat bulan, produk camilan saya pun tersebar ke Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Madura, Mataram dan Lombok. Namun akibat tragedi 27 Maret 2013, bisnis ini pun berantakan dan mengalami penurunan drastis.

Pada awal bulan Ramadhan tahun 2013, saya sempat membuka lapak camilan di Ragunan, Jakarta Selatan. Tapi karena sepi pembeli, saya hanya bertahan selama seminggu.

Saat lebaran Idul Fitri tahun 2013, karena saat itu hanya saya yang tidak pulang kampung, saya pun diberi amanah untuk mengelola bisnis teh milik salah seorang teman kampus dan mendapatkan bagi hasil 33,3% dari omset.

Saat kuliah, saya sempat berinvestasi untuk bisnis teh dan dikelola oleh seorang mitra asal Bogor. Tapi karena saya keluar dari kampus, bisnis itu pun juga hilang entah ke mana.

Pertengahan tahun 2014, saya sempat membuka privat bisnis online, tapi hanya mendapatkan tiga orang peserta.

Pada bulan September tahun 2014, bersama seorang mitra, saya membuka bisnis hijab. Belum sempat berjalan, mitra saya kabur. Untuk saat ini, bisnis ini masih saya suntik bius hingga saya bisa mendapatkan mitra yang baru.

Tepat tanggal 21 Maret 2015, bersama seorang mitra, saya membuka bisnis Angkringan Paris di Jalan Desa Cipadung, Bandung. Meskipun bisnis ini buka dari jam 5 sore sampai 12 malam, kenyataannya kami mesti bekerja dari jam 1 siang sampai 1 malam. Khusus saya, saya baru bisa tidur ba’dha dhuha dan bangun ba’dha dhuhur. Kami buka setiap hari Jum’at sampai hari Rabu. Di sini saya mengambil beberapa profesi: sebagai owner, manajemen produksi dan pemasaran, serta menjadi pramusaji bersama mitra. Dan di sinilah saya bekerja saat ini.