Minggu, 01 Februari 2015

Miskin Itu Dosa

Alkisah, pada tahun abu. Tanah mengeras, hujan lama tidak turun, pepohonan mengering, hewan-hewan mati mengenaskan. Semakin lama, penderitaan orang-orang di sana semakin menyedihkan, kelaparan menjadi menu utama selama berbulan-bulan.

Di kejauhan terdengar suara seorang gadis cilik yang menangis lirik berkepanjangan. Sayup-sayup, suara itu datang dari sebuah gubuk reoit yang dihuni pemilik suara itu bersama ibunya. Sambil terus berusaha menenangkan putrinya, sang ibu terus-menerus mengaduk-aduk isi panci yang berada di atas tungku api. Sepertinya ia sedang memasak sesuatu untuk mereka makan.

Rupanya, ibu itu sedang berusaha keras menenangkan putrinya yang sedang menahan lapar, sama seperti orang-orang lainnya yang ada di sana. Ibunya terus saja mengaduk isi panci itu hingga anaknya pun tertidur pulas, dan terus berharap hidangan itu segera matang.

Ibunya sengaja memasak batu dan air sekadar untuk menghibur anaknya yang kelaparan. Sengaja berbohong agar putrinya berhenti menangis. Sebelumnya pun, mereka telah berpuasa karena tidak mempunyai apa-apa lagi untuk dimakan. Hanya saja saat berbuka puasa tiba tidak ada satu makanan pun yang bisa disantap. Kisah ini begitu memilukan hingga menjadikan Umar bin Khatab pun bersungguh-sungguh untuk membuat rakyatnya tidak kelaparan lagi.

Miskin tidak hanya membuat orang-orang menderita, sakit, atau lapar. Tetapi juga membuat orang-orang di sekitarnya pun ikutan berdosa. Apalagi membiarkan kemiskinan itu terus membelit mereka.

Kenapa MISKIN itu berdosa? Agar Anda tidak lama-lama di sana, dan segera keluar dari jeratannya.

Orang yang bersungguh-sungguh, akan membuat senjata-senjata hebat untuk memperkuat serangan dan pertahanannya.” (Om Liem)


(Dikutip dari Buku "2 Tahun Pasti! Jadi Milyarder")