Sabtu, 17 Januari 2015

Mimpi Sang Anak

Azmi : “Pak, aku sering dengar, banyak orang yang bilang, ‘Kata adalah doa’. Itu ada dalilnya nggak sih, Pak?”

Bapak : “Ada, tapi mereka pakai dalil secara umum. Ada hadits Qudsi: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku pada-Ku.”

Azmi : “Oh, hadits itu. Iya, aku tahu. Kalau begitu, ada hal yang ingin aku sampaikan. Sebuah mimpi, bukan mimpi waktu tidur, tapi impian. Sebuah mimpi dan aku harap jika aku katakan ini termasuk adalah doa. Sebuah mimpi yang terinspirasi dari kisah masa lalu bapak dan kisah perjuangan Azzam di film KCB.”

Bapak : “Apa itu?”

Sang anak mengambil napas panjang. Pandangannya menatap ke langit-langit kamar. Tidak lama kemudian ia mulai menceritakan mimpinya.

***

Suatu malam, seperti biasa aku i’tikaf di masjid Daarut Tauhid (DT), Bandung. Aku mengambil tempat tepat di sebelah lelaki tua yang aku taksir usianya di atas 50 tahun. Tidak lama kemudian timbullah percakapan di antara kami berdua.

Lelaki tua : “Assalammu’alaikum.”

Azmi : “Wa’alaikumsalam.”

Lelaki tua : “Biasa i’tikaf disini, Dek?”

Azmi : “Kadang-kadang saja sih, Pak. Bapak sering i’tikaf disini?”

Lelaki tua : "Belum lama. Adek dari mana?”

Azmi : “Saya asal Jawa Timur, Pak. Dari Mojokerto. Disini saya tinggal di gang Gegersuni, dekat sini. Bapak sendiri asal mana?”

Lelaki tua: “Bapak dari Cimahi. Adek kuliah atau kerja?”

Azmi : “Saya wiraswasta saja sih, Pak.”

Lelaki tua : “Oh ya, usaha apa?”

Azmi : “Untuk saat ini baru jualan jilbab via FB, buka privat bisnis online, dan sama tim mau buka angkringan saja, Pak.”

Lelaki tua : “Oh, banyak ya.”

Azmi : “Lumayan sih, Pak. Tapi itu semua baru merintis. Ya belum sampai berpenghasilan besar.”

Lelaki tua : “Iya, nggak apa-apa. Namanya bisnis ya gitu, Dek. Butuh perjuangan.”

Azmi : “Iya, Pak. Bener.”

Dari percakapan itu, mulailah melebar sampai ke hal yang bersifat pribadi. Dalam percakapan itu aku juga menceritakan tentang statusku saat ini lengkap dengan penyebabnya, hingga keputusanku tentang hijrah ke Bandung. Di akhir percakapan, lelaki tua itu mengundangku untuk silaturrahim ke rumahnya. Aku pun menyanggupi undangan tersebut dan menetapkan waktu kunjungannya.

Hari silaturrahim itu pun tiba. Seperti biasa, aku selalu membawa laptop dan charger di dalam ranselku, meski aku belum tahu apakah laptop itu akan terpakai atau tidak. Setelah beberapa lama naik angkot, setelah beberapa lama berjalan mencari alamat rumahnya, aku pun tiba di sebuah rumah yang cukup sederhana.

Setelah duduk, lelaki tua itu mengajakku berbincang. Lalu beliau memanggil istrinya dan mengenalkannya padaku. Kemudian beliau memanggil nama salah satu putrinya untuk memberikan jamuan padaku.

Hanya dalam hitungan detik, muncul seorang gadis dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat 3 cangkir sirup dan beberapa toples camilan. Sebagai pengusaha hijab, aku tahu bahwa ia mengenakan kerudung hitam berukuran 130x130 cm, kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Sekilas pandangan kami saling bertemu, hanya sedetik saja. Kami berdua sama-sama menunduk dan tersipu. Ibunya tersenyum mengetahui kekikukan kami berdua. Jantungku pun bergemuruh dibuatnya. Setelah meletakkan jamuan di atas meja tamu, ia kembali ke ruang tengah.

Lelaki tua : “Namanya Aisyah. Dia anak kami yang kedelapan.”

Azmi : “Oh gitu. Bapak punya berapa anak?”

Lelaki tua: “Alhamdulillah sepuluh, Dek.”

Azmi : "Oh gitu. Kuliah atau kerja, Pak?”

Lelaki tua : “Kuliah di kampus UPI, Nak Azmi. Lagi semester 5 di jurusan sastra Indonesia.”

Azmi : “Oh gitu. Dia mau jadi penulis ya, Pak?”

Lelaki tua : “Begitulah. Sejak kecil dia ingin jadi penulis novel.”

Azmi : “Oh gitu. Bagus itu, Pak. Suaminya nanti tentu beruntung. Karena dia bisa membantu suaminya mencari nafkah tanpa harus kerja di luar rumah.”

Lelaki tua : “Nah, itu dia, Nak Azmi. Itu yang mau bapak bicarakan sama Nak Azmi.”

Azmi : “Oh, ada apa, Pak?”

Lelaki tua itu terdiam sejenak, seakan-akan tengah menyiapkan sesuatu. Tidak lama kemudian beliau pun berkata...

“Begini, Nak Azmi. Sudah lama Aisyah ada niat untuk menikah, tapi dia belum punya calon. Dua adiknya juga ingin menikah, masing-masing sudah punya calon, tapi mereka enggan untuk mendahului kakaknya.

“Sejak kuliah di UPI, Aisyah sering i’tikaf juga di masjid DT. Dan belakangan ini, dia sering memperhatikan Nak Azmi dari lantai tiga. Hal itu dia ceritakan ke bapak. Makanya tempo hari bapak ikut i’tikaf disana. Ternyata benar, Nak Azmi itu gampang dikenali. Jaket yang Nak Azmi pakai sewaktu i’tikaf selalu sama, selalu membawa ransel hitam, laptop dan HP pun hitam. Dari dia juga bapak tahu kalau Nak Azmi sering membaca buku pranikah dan menulis artikel di blog.

“Setelah bertemu dengan Nak Azmi tempo hari, bapak sudah cerita banyak ke Aisyah tentang Nak Azmi. Bapak sendiri sih nggak ambil pusing dalam menentukan jodoh buat dia. Yang penting bertanggung jawab dan bisa membimbing dia agar bisa selamat dunia-akhirat. Gimana sama Nak Azmi?”

Sesaat aku terdiam. Aku tidak menyangka jika ternyata selama ini ada wanita yang memperhatikanku tanpa aku sadari. Lebih tidak menyangka lagi jika ternyata undangan silaturrahim itu dalam rangka menjodohkan putrinya denganku. Setelah mengambil napas panjang, aku pun berkata...

“Pak Ibrahim.. Jujur, bagi saya ini adalah berita gembira yang tak disangka-sangka. Selama ini juga saya sering menatap ke lantai tiga di masjid dan bertanya-tanya, apakah jodoh impian saya ada disana?

“Tapi sebelumnya saya mohon maaf. Bukannya saya tidak menghormati atau tidak menghargai tawaran dari bapak. Sebaliknya, jujur saya senang mendengarnya. Hanya saja, dengan pengalaman pahit di masa lalu, kini saya benar-benar selektif dalam memilih calon pasangan. Saya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama untuk ketiga kalinya.”

“Memang kriteria istri bagi Nak Azmi seperti apa?” Sahut bapak tersebut.

“Cukup banyak sih, Pak Ibrahim. Lengkapnya sudah saya sebutkan di proposal. Boleh saya menunjukkannya, Pak? Kebetulan ada di laptop saya.”

“Oh, boleh, boleh.”

Setelah mengambil laptop dari ransel dan membukanya, aku menancapkan flashdisk ke salah lubang USB. Menyalin file proposal nikahku dari laptop ke flashdisk. Kemudian aku menyerahkan flashdisku itu ke bapak tersebut dan berkata, “Ini, Pak Ibrahim. Isinya cukup panjang. Bapak bisa membacanya sekarang atau nanti.”

“Oh iya. Nanti bapak baca.” Jawab bapak tersebut.

“Selain itu, Pak Ibrahim...” Sahutku, “Untuk modal resepsi, saya belum ada. Penghasilan saya juga masih labil. Saya khawatir tidak bisa membahagiakan putri bapak dengan keterbatasan saya ini.”

“Memang untuk bahagia itu harus kaya dulu ya, Nak Azmi?” Sahut bapak tersebut.

Lagi-lagi aku terdiam. Aku benar-benar tidak tahu, jawaban apa yang harus aku berikan. Belum sempat aku menjawab, bapak itu kembali membuka suara....

“Nak Azmi... Kebahagiaan itu datang dari hati yang tenang, bukan dari banyaknya uang. Hati akan tenang jika kita selalu bersabar dan bersyukur. Bersabar ketika ditimpa kesulitan, dan bersyukur ketika diberi kemudahan.  Sabar dan syukur, itulah kunci untuk hidup bahagia. Begitu kata Aa Gym tempo hari.”

“Iya, Pak Ibrahim. Saya juga ikut pengajian itu sewaktu Aa Gym mengajarkan hal tersebut.” Sahutku.

“Nah, tuh Nak Azmi juga tahu.”

“Jujur, Pak, saya benar-benar senang mendengar itu semua. Tapi, jika bapak menghendaki resepsi besar dengan biaya belasan atau sampai puluhan juta, mohon maaf, untuk saat ini saya belum ada dana sebesar itu, Pak.”

“Nggak apa-apa, Nak Azmi. Nanti bisa kita atur sesederhana mungkin sesuai budget yang ada. Nggak masalah jika tidak mewah, yang penting berkah.”

“Terimakasih, Pak Ibrahim. Jujur, saya benar-benar senang mendengarnya. Tapi mohon maaf, untuk menghindari penyesalan di kemudian hari, ada baiknya bapak, ibu, dan Teh Aisyah membaca proposal saya tadi. Dan jika berkenan, saya harap Teh Aisyah juga membuat proposal untuk saya baca. Saya ingin mengenal Teh Aisyah terlebih dahulu dengan membaca proposal darinya tersebut. Baru setelah itu kita bisa membicarakan kelanjutannya.”

“Baiklah kalau begitu, Nak Azmi. Nanti bapak baca proposal Nak Azmi, dan nanti bapak minta Nak Aisyah untuk membuat proposal juga.”

***

Azmi : “Sudah, itu saja mimpiku saat ini, Pak.” (Sambil menyeka air matanya) “Gimana menurut bapak?”

Bapak : “Boleh-boleh saja untuk bermimpi. Tapi ingat, Mas, kita nggak boleh mendikte Allah.”

Azmi : “Iya sih, Pak. Lagi pula itu hanya mimpi.”

Posted on by Azam Pbk in

Sabtu, 10 Januari 2015

Kembang Api

(Skenario Video Clip)

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Hanya ada tangan vokalis yang sedang memainkan gitar akustik.
Musik : Intro.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Hanya ada vokalis yang sedang duduk di bangku taman, beryanyi dan memainkan gitar akustik.
Lirik : “Dalam riuh festival, di akhir bulan yang dipenuhi dengan insan.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Aktor (diperankan oleh vokalis) dan aktris berjalan di taman. Aktris memakai Yukata (semacam kimono), sepasang geta (sandal kayu khas Jepang) dan khimar besar. Kedua tangan aktris memeluk erat lengan kiri aktor.
Lirik : “Kau pakai yukata dan sepasang geta, timbul suara, membisingkan.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Aktor dan aktris duduk di bangku taman. Aktor menyuapi sebatang sate kerang kepada aktris, sedangkan aktris membuka mulutnya sambil menatap aktor. Tiba-tiba belasan kembang api berterbangan di depan mereka.
Lirik : “Kala saling menatap, ribuan kembang api pun terbang ke angkasa.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Aktor memandangi wajah aktris dari samping, sedangkan aktris menatap kembang api yang berterbangan dengan mata yang berbinar-binar. Lalu perlahan-lahan aktris menghilang.
Lirik : “Diam-diam ku memandangi wajahmu yang terpukau menatapnya.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Hanya ada vokalis yang sedang duduk di bangku taman, beryanyi dan memainkan gitar akustik.
Lirik : “Mungkinkah akan lebih mudah jika ku membencimu?

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Setelah menyadari bahwa aktris yang duduk di samping kirinya hanyalah bayangan dari masa lalu, aktor pun menundukkan kepalanya, menatap sebatang sate kerang yang dipegangnya. Lalu setetes air mata jatuh ke sate tersebut.
Lirik : “Tapi hari ini, kenangan ini, aku yakin kan terus mengingatmu.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Hanya ada vokalis yang sedang duduk di bangku taman, beryanyi dan memainkan gitar akustik.
Lirik : “Entah rasa ini, akankah lebih baik? Meski takkan bertemu kembali. Ku ingin, ku ingin melihatmu. Kini pun ku masih, memikirkan kala kau bersamaku.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Vokalis duduk di bangku taman dan memainkan gitar akustik. Gitaris dan Bassis duduk di kanan-kiri vokalis dan memainkan alat musik masing-masing. Drumer berada di belakang ketiganya dan memainkan drum.
Musik : Intro

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Setelah berjalan cepat, aktor dan aktris duduk di bangku taman sambil terengah-engah.
Lirik : “Kala sedikit lelah, kita duduk berdua di bangku tepi jalan.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Tampak tiga orang (diperankan oleh gitaris, bassis dan drumer) sedang mengamen di hadapan pasangan yang tak jauh dari tempat aktor dan aktris berada. Tanpa menyadari keberadaan pengamen itu, aktor menatap ke depan dan berkata, “Merdu ya suaranya?” Sambil menunjuk ke arah pengamen, aktris menjawab, “Mas, mereka datang lagi.” Aktor menoleh ke arah pengamen dan bergumam, “Wah, mereka tak menyerah.” Aktris bertanya, ”Pindah lagi?” Aktor dan aktris pun berdiri dan melangkah pergi sambil meringis.
Lirik : “Mendengar alunan dari kejauhan, suara senar pun bergema. Mahkota yang kau pakai, semakin besar di langit penuh dengan bintang. Musim panas pun segera berakhir, terasa lebih menyakitkan.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Setelah berjalan cepat, aktor dan aktris duduk di bangku taman, menatap ke langit sambil terengah-engah.
Lirik : “Menerbangkan hati yang kacau, jauh ke angkasa.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Setelah saling memandang, aktor dan aktris tertawa.
Lirik : “Aha-ha-ha, kita tertawa.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Setelah tawa reda, aktor menatap ke depan dan berkata, “Ai shi teru yo” (Aku mencintaimu).
Lirik : “I said, I love you.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Secara spontan, aktris mencium pipi kiri aktor dalam sekejap. Mata aktor pun terbelalak karena terkejut. Tiba-tiba tubuh aktris pecah dan menghilang.
Lirik : “And you kiss my cheek.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Setelah menyadari bahwa aktris yang duduk di samping kirinya hanyalah bayangan dari masa lalu, aktor pun menundukkan kepalanya, menatap sebatang sate kerang yang dipegangnya. Lalu dua tetes air mata jatuh ke sate tersebut.
Lirik : “Ingin ku lupakan segalanya tentangmu. Sungguh menyiksa hatiku.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Vokalis duduk di bangku taman sambil bernyanyi dan memainkan gitar akustik. Gitaris dan Bassis duduk di kanan-kiri vokalis dan memainkan alat musik masing-masing. Drumer berada di belakang ketiganya dan memainkan drum.
Lirik : “Mengapa dulu kita bertemu?

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Aktor utama memejamkan mata. Ia membayangkan saat aktris duduk di samping kirinya. Aktris menyandarkan kepalanya ke bahu kiri aktor.
Lirik : “Setiap terpejam, ini seperti kau masih di sisiku.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Vokalis duduk di bangku taman sambil bernyanyi dan memainkan gitar akustik. Gitaris dan Bassis duduk di kanan-kiri vokalis dan memainkan alat musik masing-masing. Drumer berada di belakang ketiganya dan memainkan drum.
Lirik : “Desah manismu membuaiku. Membuatku makin jatuh cinta kepadamu. Dengan suaramu, tatapan sayumu. Sebelum ku sadari, waktu pun telah berlalu. Tapi mengapa ku membayangkan kenanganmu?

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Aktor menatap kembang api yang berterbangan di langit.
Lirik : “Kini ku menatap kembang api sendiri.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Air mata meleleh dari kedua mata aktor dan membasahi pipi.
Lirik : “Mencipta luka dalam di hati.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Vokalis duduk di bangku taman sambil bernyanyi dan memainkan gitar akustik. Gitaris dan Bassis duduk di kanan-kiri vokalis dan memainkan alat musik masing-masing. Drumer berada di belakang ketiganya dan memainkan drum.
Lirik : “Segera musim baru kan tiba. Segera kan tiba.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Hanya ada vokalis yang sedang duduk di bangku taman, beryanyi dan memainkan gitar akustik.
Lirik : “Ku kan memandang kembang api denganmu. Sekarang ku masih, menunggu hari itu.

Latar : Taman Bungkul, Surabaya.
Alur : Aktor berdiri dan melangkah pergi meninggalkan bangku taman .
Musik : Outro

**********

(Lyric + Chord)

Intro : G D Em Am7 D7
G D Em Am7 C
Dalam riuh festival, di akhir bulan yang dipenuhi dengan insan.
D7 Em G Am7 C D7
Kau pakai yukata dan sepasang geta, timbul suara, membisingkan.
G D Em Am7 C
Kala saling menatap, ribuan kembang api pun terbang ke angkasa.
D7 Em G C D7 G
Diam-diam ku memandangi wajahmu yang terpukau menatapnya.

C D7 G Am7 C
Mungkinkah akan lebih mudah jika ku membencimu?
Em D Am7 C D7 B7
Tapi hari ini, kenangan ini, aku yakin kan terus mengingatmu.

G D Em
Entah rasa ini, akankah lebih baik?
C D7 G
Meski takkan bertemu kembali.
D Em
Ku ingin, ku ingin melihatmu.
Am7 C D7 G  
Kini pun ku masih, memikirkan kala kau bersamaku.

Intro : G D Em Am7 D7 G
D Em Am7 C
Kala sedikit lelah, kita duduk berdua di bangku tepi jalan.
D7 Em G Am7 C D7
Mendengar alunan dari kejauhan, suara senar pun bergema.
G D Em Am7 C
Mahkota yang kau pakai, semakin besar di langit penuh dengan bintang.
D7 Em G C D7 G
Musim panas pun segera berakhir, terasa lebih menyakitkan.

C D7 G Am7 C
Menerbangkan hati yang kacau, jauh ke angkasa.
Em G Am7
“Aha-ha-ha”, kita tertawa.
C
I said, “I love you”.
D7 B7
And you kissed my cheek.

G D Em
Ingin ku lupakan segalanya tentangmu.
C D7
Sungguh menyiksa hatiku.
G D Em
Mengapa dulu kita bertemu?
Am7 C D7 G
Setiap terpejam, ini seperti kau masih di sisiku.

Am7 D7 Em
Desah manismu membuaiku.
D Am7 D7
Membuatku makin jatuh cinta kepadamu
G D Am7
Dengan suaramu, tatapan sayumu.
D7 Em G
Sebelum ku sadari, waktu pun telah berlalu.
Em Am7 C D7
Tapi mengapa ku membayangkan kenanganmu?

A B7 Em
Kini ku menatap kembang api sendiri.
C D7
Mencipta luka dalam di hati.
G B7 Em
Segera musim baru kan tiba.
Am7
Segera kan tiba.

C D7 
Ku kan memandang kembang api denganmu.
C D7 G
Sekarang ku masih, menunggu hari itu.

Outro : G D Em Am7 D7 G

Posted on by Azam Pbk in

Sabtu, 03 Januari 2015

Please Stay With Me

(Skenario Video Clip)

Latar : Koridor dengan dinding bewarna hitam.
Alur : Hanya ada tangan vokalis yang sedang memainkan gitar akustik.
Musik : Intro

Latar : Koridor dengan dinding bewarna hitam.
Alur : Hanya ada vokalis yang sedang menyanyikan lirik sambil duduk dan memainkan gitar akustik.
Lirik : “Akankah engkau di sisiku? Mulai hilanglah harapan besarku. Tiada rasa damai lagi. Tak terlihat lagi karena tragedi.”

Latar : Ruang tamu.
Alur : Aktor figur 1 menyerahkan sepucuk surat kepada aktor utama. Aktor utama melihat surat. Dalam surat, tampak ada tulisan “Perihal: Gugat Cerai”.
Lirik : “Aku terus mengumpulkan kepingan cintaku ini. Sekali, dua kali, terus menumpukkannya.”

Latar : Jalan raya.
Alur : Sambil menerjang hujan, aktor utama mengendarai sepeda motor. Mata aktor utama tampak memerah.
Lirik : “Hanya dengan harapan untuk bertemu denganmu, air mata mengalir tanpa henti, my love!”

Latar : Koridor dengan dinding bewarna hitam.
Alur : Tampak semua personil band memainkan musik, sedangkan vokalis menyanyikan lirik.
Lirik : “Biarkan rasa kesal melayang, ke langit penuh bintang, Please stay with me.”

Latar : Koridor dengan dinding bewarna hitam.
Alur : Hanya ada vokalis yang sedang memainkan gitar akustik.
Musik : Back to intro.

Latar : Kamar tidur.
Alur : Flashback ke masa lalu. Aktor utama melihat aktris utama tengah berdiam diri dan bersikap dingin. Dengan halus, aktor utama bertanya, “Kamu kenapa?” Aktris utama tetap diam lalu memalingkan mukanya.
Lirik : “Aku kan mampu bertahan, tapi janganlah dirimu acuhkan. Suatu saat kata-kata, kan berubah menjadi nyata.”

Latar : Kamar tidur.
Alur : Masih dalam flashback. Aktor utama terus mendesak aktris utama untuk berbicara, tapi aktris utama bergeming. Sesuai liriknya, dengan mata yang tampak memerah dan berkaca-kaca, aktor utama berkata, “Jelaskanlah padaku.”
Lirik : “Bakat yang tak didengar lagi, tak bisa berakhir seperti mimpi. Sekali, dua kali, jelaskanlah padaku.”

Latar : Ruang tunggu.
Alur : Aktor utama memandang aktris utama yang duduk di seberangnya. Aktris utama sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Mata aktor utama memerah dan berkaca-kaca.
Lirik : “Akankah kau terluka jika aku merindukanmu, meskipun dengan menangis tersedu, my love?”

Latar : Ruang tunggu.
Alur : Aktris utama menyalami dan mencium tangan aktor figur 2 (berperan sebagai ayah aktor utama). Aktor utama berdiri di samping aktor figur 2 sambil membawa sepucuk surat. Ketika aktor utama hendak menyerahkan surat itu kepada aktris utama, aktris utama tidak menghiraukannya dan berpaling darinya. Air mata aktor utama pun tumpah membasahi pipinya.
Lirik : “Tiap kali bertemu, kau semakin berharga bagiku. Please stay with me.”

Latar : Ruang mediasi.
Alur : Aktor utama dan aktris utama duduk berhadapan di kedua kutub meja. Aktor figur 3 (berperan sebagai mediator) duduk di antara keduanya. Aktris utama berbicara dan menatap ke arah aktor figur 3. Aktor utama memandangi aktris utama lalu menunduk. Aktor utama memejamkan mata dan air matanya pun tumpah.
Lirik : “Ku ingin mengenalmu. Ku ingin mendengar suaramu. Kesedihanku membingungkanku. Sungguh rapuh.”

Latar : Koridor dengan dinding bewarna hitam.
Alur : Setelah keluar dari ruang mediasi, aktor utama langsung memegang telapak tangan kanan aktris utama yang tengah berada di depannya, berusaha untuk menghentikan langkahnya. Keduanya pun berhenti berjalan. Aktris utama tetap menghadap ke depan. Sambil menangis, aktor utama menyanyikan lirik.
Lirik : “Hanya dengan harapan untuk bertemu denganmu, air mata mengalir tanpa henti, my love! Biarkan rasa kesal melayang, ke langit penuh bintang, Please stay with me.”

Latar : Koridor dengan dinding bewarna hitam.
Alur : Aktris utama melepaskan tangan kanannya dari genggaman aktor utama dan melangkah pergi meninggalkannya.

Latar : Koridor dengan dinding bewarna hitam.
Alur : Tampak semua personil band memainkan musik, sedangkan vokalis menyanyikan lirik.
Lirik : “Akankah kau terluka jika aku merindukanmu, meskipun dengan menangis tersedu, my love? Tiap kali bertemu, kau semakin berharga bagiku. Please stay with me.”

Latar : Ruang sidang.
Alur : Perlahan-lahan, selain aktor utama, semua penghuni ruangan mulai menghilang. Mulai dari aktor figur 4, 5, 6 (berperan sebagai hakim 1, 2, 3), lalu aktor figur 2 dan 7 (berperan sebagai kedua saksi) menghilang, terakhir aktris utama yang duduk di sisi seberang aktor utama pun menghilang. Tinggal aktor utama yang duduk seorang diri sambil menunduk. Ruangan pun menjadi gelap.
Musik : Outro

**********

(Lyric + Chord)

Intro : C G 2x

C G
Akankah engkau di sisiku?
Am G
Mulai hilanglah harapan besarku.
C G
Tiada rasa damai lagi.
Am D G
Tak terlihat lagi karena tragedi.

Am C
Aku terus mengumpulkan kepingan cintaku ini.
Em D C G
Sekali, dua kali, terus menumpukkannya.

C D Bm Em
Hanya dengan harapan untuk bertemu denganmu,
Am D Bm B
air mata mengalir tanpa henti, my love!
C D Bm
Biarkan rasa kesal melayang,
Em Am
ke langit penuh bintang,
D C
Please stay with me.

C G
Aku kan mampu bertahan,
Am G
tapi janganlah dirimu acuhkan.
C G
Suatu saat kata-kata,
Am D G
kan berubah menjadi nyata.

Am
Bakat yang tak didengar lagi,
C
tak bisa berakhir seperti mimpi.
Em D C G
Sekali, dua kali, jelaskanlah padaku.

C D Bm Em Am
Akankah kau terluka jika aku merindukanmu,
D Bm B
meskipun dengan menangis tersedu, my love?
C D Bm Em Am
Tiap kali bertemu, kau semakin berharga bagiku.
D C
Please stay with me.

F#m D
Ku ingin mengenalmu.
F#m D
Ku ingin mendengar suaramu.
G G
Kesedihanku membingungkanku.
A B
Sungguh rapuh.

C D Bm Em
Hanya dengan harapan untuk bertemu denganmu,
Am D Bm B
air mata mengalir tanpa henti, my love!
C D Bm
Biarkan rasa kesal melayang,
Em Am
ke langit penuh bintang,
D C
Please stay with me.

C D Bm Em Am
Akankah kau terluka jika aku merindukanmu,
D Bm B
meskipun dengan menangis tersedu, my love?
C D Bm Em Am
Tiap kali bertemu, kau semakin berharga bagiku.
D C
Please stay with me.

Outro: C G 4x

Posted on by Azam Pbk in