1. BTB = Belajar Tumbuh Bareng. Menjadikan keluarga sebagai team work dalam mencapai tujuan dunia dan akhirat (Mitra Dunia Akhirat).
2. Sekalipun ta’aruf pranikah dilakukan selama bertahun-tahun, tahun pertama dalam pernikahan tetaplah menjadi masa pengenalan yang sesungguhnya. Masa di mana pasangan akan membuka topeng personalitasnya dan menunjukkan wajah karakter aslinya. Masa di mana suami-istri akan menemukan kebaikan dan keburukan pada diri pasangannya masing-masing. Maka ketika menemukan keburukan, sudah semestinya suami-istri “melihat apa adanya” pada diri pasangannya. Melihat dan menyadari bahwa saya dan pasangan adalah manusia biasa yang punya kelebihan dan keterbatasan. Dengan melihat apa adanya, itu akan sangat membantu suami-istri untuk saling mengoptimalkan kelebihan, saling membantu untuk memperbaiki keterbatasan pasangan, dan meluruskan hal-hal yang kurang baik.
3. Sesibuk apapun rutinitas yang dijalani, selalu meluangkan waktu minimal satu jam dalam sehari untuk mengobrol hanya berdua, demi terbangunnya komunikasi yang baik antara suami dan istri. Sebelum mengajak pasangan berdiskusi, saling memastikan bahwa tidak ada emosi negatif di hati satu sama lain.
4. Tidak mengunggah foto pernikahan atau foto mesra di media sosial, demi menjaga perasaan mereka yang masih jomblo dan menghindari sifat ujub.
5. Tidak menceritakan kepada siapapun tentang masalah yang terjadi dalam rumahtangga.
6. Tidak melibatkan siapapun untuk menyelesaikan masalah. Setiap kali ada masalah, selalu dihadapi dan diselesaikan hanya bertiga, suami, istri, dan Allah semata.
7. Meningkatkan keilmuan masing-masing pihak.
8. Suami berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan rezeki yang halal agar terlahir puta-putri yang sholeh dan cerdas.
9. Saling memenuhi hak dan kewajiban secara sempurna dengan dibangunnya sikap saling memberikan nasehat antara suami dan istri.
10. Saling membuka mata untuk mengetahui dan menghargai bahasa cinta yang diberikan oleh pasangan.
11. Tidak ada sikap mengalah antar pasangan, yang ada sikap saling memahami,
12. Yang terpenting, apapun masalah yang dihadapi dalam rumahtangga, tidak menjadikan perceraian sebagai jalan keluar.
Semoga
Allah memberikan petunjuk kepada hamba-Nya yang hina ini, dan semoga Allah
memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
2. Sekalipun ta’aruf pranikah dilakukan selama bertahun-tahun, tahun pertama dalam pernikahan tetaplah menjadi masa pengenalan yang sesungguhnya. Masa di mana pasangan akan membuka topeng personalitasnya dan menunjukkan wajah karakter aslinya. Masa di mana suami-istri akan menemukan kebaikan dan keburukan pada diri pasangannya masing-masing. Maka ketika menemukan keburukan, sudah semestinya suami-istri “melihat apa adanya” pada diri pasangannya. Melihat dan menyadari bahwa saya dan pasangan adalah manusia biasa yang punya kelebihan dan keterbatasan. Dengan melihat apa adanya, itu akan sangat membantu suami-istri untuk saling mengoptimalkan kelebihan, saling membantu untuk memperbaiki keterbatasan pasangan, dan meluruskan hal-hal yang kurang baik.
3. Sesibuk apapun rutinitas yang dijalani, selalu meluangkan waktu minimal satu jam dalam sehari untuk mengobrol hanya berdua, demi terbangunnya komunikasi yang baik antara suami dan istri. Sebelum mengajak pasangan berdiskusi, saling memastikan bahwa tidak ada emosi negatif di hati satu sama lain.
4. Tidak mengunggah foto pernikahan atau foto mesra di media sosial, demi menjaga perasaan mereka yang masih jomblo dan menghindari sifat ujub.
5. Tidak menceritakan kepada siapapun tentang masalah yang terjadi dalam rumahtangga.
6. Tidak melibatkan siapapun untuk menyelesaikan masalah. Setiap kali ada masalah, selalu dihadapi dan diselesaikan hanya bertiga, suami, istri, dan Allah semata.
7. Meningkatkan keilmuan masing-masing pihak.
8. Suami berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan rezeki yang halal agar terlahir puta-putri yang sholeh dan cerdas.
9. Saling memenuhi hak dan kewajiban secara sempurna dengan dibangunnya sikap saling memberikan nasehat antara suami dan istri.
10. Saling membuka mata untuk mengetahui dan menghargai bahasa cinta yang diberikan oleh pasangan.
11. Tidak ada sikap mengalah antar pasangan, yang ada sikap saling memahami,
12. Yang terpenting, apapun masalah yang dihadapi dalam rumahtangga, tidak menjadikan perceraian sebagai jalan keluar.
Saya sadar bahwa diri saya ini hanyalah
seseorang yang tak memiliki apa-apa. Seorang yang memiliki pemahaman agama yang
masih sedikit. Seseorang yang memiliki banyak keterbatasan. Namun hal itulah
yang memacu saya untuk mencari seorang pendamping yang terbaik.
Tiada gading yang tak retak. Tiada manusia
yang sempurna. Dengan berkeluarga, saya berharap bersama pasangan bisa
sama-sama saling menutupi keterbatasan yang dimiliki masing-masing sehingga
bersama-sama saling menyempurnakan.
Namun kesempurnaan tak mungkin tercapai,
karena pemilik kesempurnaan hanyalah milik Allah Ta’ala. Setidaknya,
kesempurnaan yang saya maksud, adalah bentuk ideal dari sebuah keluarga
sakinah, mawaddah, wa rahmah, di mana Allah menyukai dan ridha terhadap
keluarga. Menjadikan keluarga sebagai keluarga yang kokoh, yang bersama-sama
mengharapkan rahmat Allah berupa surga. Yang sama-sama merindukan hidup di
bawah bimbingan dan aturan Allah. Dan yang menjadikan dakwah sebagai porosnya,
dan menjadikan ilmu bahan bakarnya, dan menjadikan rasa saling pengertian
sebagai bentuknya.